SHOTS, ANGLE, CAMERA MOVEMENT KOMPOSISI
Oke, kita telah mengetahui format alat rekam-tayang.
Sekarang, apapun format video kamera nya, kita sudah bisa pergi
melakukan pengambilan gambar atau shooting.Thema apa yang akan kita
ambil gambarnya? Mari kita tetapkan dulu, sebelum ke lapangan.
THEMA , CERITA , URUTAN PENGAMBILAN GAMBAR, MOMENT
Mungkin thema pengambilan gambar pertama yang paling mudah dilakukan adalah acara keluarga.
Shooting acara keluarga memang paling gampang, tapi kadang juga membosankan.
Gampang karena kita sudah mengenal orang-orangnya, sehingga gampang
diajak kerjasama untuk menghasilkan rekaman yang kita inginkan.
Membosankan karena nggak ada ceritanya yang seru. Paling banter
themanya perkawinan,ulang tahunan, sunatan atau malah mungkin cuma
makan siang bersama. Dalam hal shooting bertema keluarga, minimal yang
tertarik untuk menyaksikan hasilnya adalah keluarga itu sendiri. Jadi
merekalah yang akan menjadi komentator atas hasil karya kita.
sukur-sukur nggak ada yang tau soal kaidah-kaidah pengambilan gambar,
sehingga preview anda akan berjalan mulus penuh gelak tawa
menyaksikan saat-saat tokoh-tokoh dari keluarga itu muncul di layar.
Tapi meskipun para penontonnya awam ilmu sinematografi, pasti kita akan
mendapat celaan kalau sampai ada tokoh atau moment penting yang nggak
muncul dalam hasil rekaman kita.
Oleh karena itu sebelum shooting kita mesti memikirkan suatu rencana
urutan pengambilan gambar, agar tidak ada moment yang terlewatkan saat
pengambilan gambar. Apalagi moment terpenting pada acara saat itu.
Jangan sampai terjadi kelewatan moment, atau kamera belum
siap,ketika shooting acara pernikahan, di mana mempelai pria
mengucapkan “Saya terima Nikahnya si Hindun binti Abdulah, dengan mas kawin berupa peci dan sehelai kain sarung, tunai…!” .Karena di situ letak moment yang paling bersejarahnya.
Thema yang lebih seru adalah acara off air. Di antaranya adalah : acara perlombaan 17 agustusan, Pertandingan basket atau futsal antar sekolah.
Dan yang lebih seru dan beresiko adalah : shooting tawuran. Ini berbahaya, tetapi mempunyai nilai “news”
dan butuh keberanian untuk melakukannya. Dalam hal shooting peristiwa
yang tak bisa diduga ke mana arah ceritanya seperti tawuran, tentu gak
perlu persiapan urutan pengambilan gambar, melainkan sense of news
harus hidup dan bergerak cepat. Shooting peristiwa dadakan membutuhkan
kepekaan dan otak yang cemerlang untuk memperoleh gambar-gambar yang
bermutu. Meski kadang-kadang cuma berupa
keberuntungan, peristiwa yang terpenting justru terjadi di depan hidung kita.
Contohnya : Kita kebetulan berdiri pada suatu posisi (dengan membawa
kamera video tentunya ! ) di mana segerombolan pelajar yang sedang
tawuran ( semoga bukan dari sekolah ini tentunya !) ditangkapi oleh
polisi, lalu di seret memasuki mobil pick up , tapi kemudian seorang
pelajar berontak dan berhasil melarikan diri, sehingga seorang polisi
berbalik untuk mengejar anak itu. Kebetulan si pelajar yang melarikan
diri itu terpeleset kulit pisang dan terjatuh, sehingga Pak polisi
dengan girang menangkapnya kembali.
Nah itu namanya factor luck. Kita mendapatkan suatu “adegan
mahal” ,adegan yang punya nilai “news” yang bakalan mengundang heboh
ketika kita preview di depan para siswa dan guru.
Tapi sayang ketika kita preview hasil pengambilan gambar itu di
ruang rekam-tayang (audio-visual) ,di depan sidang dewan guru dan
anggota OSIS yang keren, hasilnya mengecewakan, Sangat tidak
memuaskan, shotnya gak jelas, acakadul. Penonton kecewa.
Hal tersebut mungkin terjadi kalau kita gak ngerti soal SHOTS, ANGLE
dan CAMERA MOVEMENT, tapi main langsung tembak aja. Cuma dengan
modal tau cara ngidupin camera doang. Sayang sekali bukan ?
Oleh karena itu ketahuilah dulu, bahwa dalam pengambilan
gambar(shooting) terdapat kaidah-kaidah pengambilan gambar yang kita
kenal sebagai KOMPOSI
Sebetulnya tidak ada hukum pengambilan gambar yang mengharuskan begini dan jangan begitu.Hanya
ada suatu hukum singkat yang harus diingat ketika melakukan
pengambilan gambar :Jika hasilnya enak ditonton, itu berarti sudah
betul.
Jika hasil rekaman video kita berhasil membuat penonton tetap
tertarik, jika gambarnya tajam dan jelas warna-warninya(colouful), jika
alur ceritanya dapat dimengerti, maka dapat dikatakan kita telah sukses
membuat tayangan video.
Halaman-halaman berikut menjelaskan bagaimana menggunakan video kamera agar menghasilkan gambar-gambar yang bagus.
JENIS-JENIS SHOT
1. Establishing shot
Kalau kita hendak bercerita mengenai sekolah kita dan dinamikanya,
maka setidak-tidaknya kita harus membuat beberapa buah shot yang
menggambar-kan sekolah secara keseluruhan. Shot tersebut disebut
ESTABLISHING SHOT.
Shot ini wajib kita buat, sebab shot ini mewakili lokasi umum di mana
kejadian berada. Setelah itu barulah kita lengkapi dengan shot-shot
lain yang lebih bersifat menjelaskan pada setiap detail.
Establishing shot tidak hanya dapat berupa bangunan, tetapi yang
penting shot tersebut mewakili dan menunjukkan lokasi di mana
peristiwa itu terjadi. Bisa sebuah pantai, bisa pegunungan. Bisa pasar,
bisa apa saja, tergantung di mana peristiwa yang terjadi dalam cerita.
Jangan lupa untuk mengambil establishing shot jika ingin membuat suatu rekaman video cerita.
2. Detail shot
Establishing shot biasanya menggunakan Long Shot (LS), yaitu suatu ukuran shot yang menampilkan obyek dari kejauhan.
Sedangkan untuk mengenali detail dari suatu obyek, maka dikenal beberapa shot yang lebih spesifik, yaitu :
a. Full Shot (FS). Yang menjadi ukuran biasanya manusia. Sebuah shot
yang mengambil obyek manusia, diambil dari ujung kaki sampai ujung
kepala, disebut Full Shot.
b. Medium Shot (MS) Adalah shot yang mengambil ukuran dari pinggang sampai ujung kepala
c. Medium Close Up (MCU) Dalam shot ini, manusia tergambar dari dada atas sampai ujung kepala
d. Close Up (CU) Menampilkan wajah manusia saja
e. Big Close Up (BCU) Menampilkan sebagian wajah manusia
f. Extreme Close Up (ECU) Menampilkan satu obyek di wajah, bisa hanya mata,hidung, telinga, bibir atau tahi lalat.
Obyek selain manusia, jika diambil sepenuhnya juga dikatakan Full
Shot, misalnya sebuah mobil, sebuah gelas , seekor burung , sebatang
pohon dll.
Selain jenis atau type shot, maka titik dari mana shot tersebut
dibidikkan oleh kamera juga menentukan “kekuatan” ataupun keindahan
sebuah obyek.
Titik atau sududt dari mana obyek direkam disebut angle.
JENIS-JENIS ANGLE
1.Straight Shot
Kamera tidak membentuk sudut (angle) dengan obyek
2. High angle
Pengambilan gambar dilakukan dari suatu level ketinggian yang lebih tinggi dari obyek
3. Low angle
Pengambilan gambar dilakukan dari suatu level yang lebih rendah dari badan obyek.
4. Top shot /Overhead
Pengambilan gambar dilakukan dari atas obyek.
Hasil-hasil pengambilan gambar masih dipengaruhi lagi secara emosional oleh pergerakan kamera ketika mengambil gambar.
Sebuah kamera bisa hanya langsung ditenteng atau dipanggul oleh kameramen nya (disebut hand held ), tapi juga bisa dipasang pada sebuah tripod.
Tripod itu sendiri bisa berdiri langsung di atas tanah atau lantai,
namun juga bisa mempunyai roda, sehingga bisa digeser ke sana-kemari.
Selain itu kamera juga bisa digantung pada sebuah tiang yang disebut
JIMMY JIB , atau pada sebuah crane yang bisa ditunggangi oleh
kameramen sambil untuk melakukan gerak naik-turun.
Dan tentu saja kamera juga bisa dipasang pada sebuah mobil , motor,
pesawat terbang, kereta api atau alat transportasi lainnya, lalu
dihidupkan (record) dan mengambil gambar bersama dengan mobil atau alat
transportasi tersebut.
Namun pada prinsipnya dikenal ada pergerakan kamera yang telah baku, seperti diuraikan di bawah ini.
PERGERAKAN KAMERA
1. PAN .
Jika kamera dipasang pada sebuah tripod, maka kamera bisa
digerakkan menoleh ke kanan maupun ke kiri mengikuti obyek. Gerakan
tersebut disebut PAN
(Right Pan & Left Pan) / Pan kanan, Pan kiri
2. TILT.
Kamera terpasang di atas tripod juga dapat melakukan gerakkan
mengangguk ke atas dan ke bawah, yang disebut TILT (Tilt Up & Tilt
Down)
3. Kamera bersama tripodnya juga bisa diangkat ke
atas ataupun diturunkan ketinggiannya, yang disebut LEVEL (Level Up
& Level Down)
Biasanya kamera pada studio TV yang menggunakan tripod yang bisa
naik-turun levelnya ,yaitu disebut pedestal(Ped Up/Elevation &
Ped Down/Depress)
Crane juga berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan level kamera.
Sedangkan Jimmy Jib selain dapat menaik-turunkan level jaga bisa
melakukan gerakan swing, yaitu berputar melayang ke seluruh penjuru,
sepanjang jangkauan tiang Jimmy Jib itu.
4. TRACK, CRAB
Di atas tripod yang mempunyai roda atau di atas pedestal, kamera
bisa didorong maju atau mundur. Gerakan mendorong maju-mundur atau
serong ini komandonya adalah Track-In (didorong menuju obyek) Track-Out
(Track Back) , yaitu didorong menjauhi obyek, lalu : Crab-Right &
Crab-Left, yaitu didorong ke kanan atau ke kiri
Sebuah rel juga biasa dipasang pada tripod khusus, agar
kameramen dapat didorong mengikuti pergerakan obyek. Rel tersebut
disebut DOLLY
5. ZOOM
Di samping pergerakan kamera di atas, masih ada lagi “pergerakan”
mendekati & menjauhi obyek tanpa harus merubah posisi kamera,
yaitu ZOOM.
Dengan menekan tombol Zoom, lensa kamera akan melakukan gerakan “mendekati” obyek (ZOOM IN) atau “menjauhi” obyek (ZOOM OUT).
Setelah mengetahui kaidah-kaidah pengambilan gambar di atas, rasanya kita harus mengenal apa yang disebut KOMPOSISI, KESEIMBANGAN atau FRAMING.
Sebetulnya dasar-dasar dari Komposisi adalah keseimbangan CITA RASA atau selera.
Dengan mengenal dasar-dasar komposisi, seorang juru kamera akan dapat menghasilkan gambar yang secara umum akan enak dilihat.
Tidak ada yang salah dalam pengambilan gambar, yang ada hanyalah hasil pengambilan gambar itu “enak” dilihat atau tidak.
Dan ternyata gambar-gambar yang “enak” dilihat itu selalu mengikuti
semacam aturan. Aturan agar tercapai suatu keseimbangan,suatu yang
proporsional.
Sebuah pengambilan gambar dikatakan tercapai atau berhasil jika dapat dengan mudah dimengerti atau dikenali.
Namun Sebuah pengambilan gambar baru dapat dikatakan indah jika tidak
saja dapat dikenali, tapi juga menghasilkan kekaguman penontonnya.
Untuk dapat menghasilkan pengambilan gambar yang berhasil, kameramen
harus mengerti bagaimana sebaik-baiknya sebuah obyek direkam dalam
pita video atau film.
Pengambilan gambar dengan video kamera diwakili oleh FRAME.
Obyek yang masuk dalam frame tersebutlah yang akan disaksikan pemirsa.
Oleh karena itu seorang juru kamera harus jeli dan bercitarasa baik untuk dapat menampilkan obyek dalam frame kamera nya.
Dalam kategori type long shot ini dikenal juga
pembedaan-pembedaan yang mencoba lebih detail lagi, menjadi EXTREME LONG
SHOT ( ELS ,sangat jauh sekali), VERY LONG SHOT ( VLS,sangat jauh ) & LONG SHOT ( LS, dari jauh )
Type-type long shot ini dipilih sesuai emosi yang ingin diperoleh
sesuai tuntutan naskah maupun keinginan dan pertimbangan
logika/estetika sutradara, antara lain : apakah ia masih ingin
menampilkan detail dari back ground di sekitar obyek utama atau
tidak. Pada ELS & VLS, detail disekitar obyek tokoh semakin
tidak jelas.
POV = Point Of View, maksudnya : kamera bertindak sebagai mata pelaku,
Jadi sudut pandang (angle) kamera adalah diletakkan pada ketinggian
mata seseorang yang sedang memandang sesuatu
BIRD’S EYE VIEW = kamera pada suatu ketinggian, seperti seekor burung
yang sedang terbang, menyaksikan obyek di bawahnya
SUBJECTIVE CAMERA = kamera bertindak sebagai si pelaku itu sendiri.
Misalnyanya :kamera berjalan kesana-kemari atau berlari sesuai
langkah kaki si pelaku
OVER SHOULDER = Pengambilan gambar dari sebelah atas bahu salah
seorang pelaku
TRAVELING SHOT = Pengambilan gambar dengan kamera bergerak bersama
subyek. Misalnya : kameramen dari dalam mobil yang berjalan,
mengambil gambar seseorang yang sedang mengendarai mobil
Pengambilan gambar dengan cara seperti ini disebut juga MOVING
SHOT
DOLLY SHOT = Pengambilan gambar dilakukan diatas dinky dolly
(kameramen duduk di atas bangku beroda yang di dorong di atas DOLLY
TRACK ( rel )
Dalam hal ini subyek tidak harus sedang bergerak.
TWO SHOT (2S) = Shot dari dua orang pelaku
THREE SHOT (3S) = Shot dari tiga orang pelaku
GROUP SHOT (GS) = Shot dari suatu kelompok pelaku
Pengambilan gambar group (group shot)
Secara umum : hindarilah shot di mana orang yang terlihat seluruh wajahnya,
menjadi terpotong secara vertical oleh ujung-ujung frame.
Mundurlah sedikit dari posisi pengambilan gambar yang
mengakibatkan terpotongnya wajah karena frame, atau gunakan zoom out
jika masih bisa.
Pengambilan gambar group (group shot)
Secara umum : hindarilah shot di mana orang yang bisa terlihat wajah seluruhnya
menjadi terpotong secara vertical oleh ujung-ujung frame.
Mundurlah sedikit dari posisi pengambilan yang membuat
terpotongnya wajah karena frame sudah tak muat, atau gunakan zoom out
jika masih mungkin
Jika belum jelas/mengerti, dapat dilihat di gambar berikut :
Sumber : Facebook
No comments:
Post a Comment