Pages

Shots, Angle, Camera Movement Komposisi

Sunday, 15 April 2012

SHOTS, ANGLE, CAMERA MOVEMENT KOMPOSISI


Oke, kita telah mengetahui format alat rekam-tayang.
Sekarang, apapun format video kamera nya, kita sudah bisa pergi melakukan pengambilan gambar atau shooting.Thema apa yang akan kita ambil gambarnya? Mari kita tetapkan dulu, sebelum ke lapangan.


THEMA , CERITA , URUTAN PENGAMBILAN GAMBAR, MOMENT
Mungkin thema pengambilan gambar pertama yang paling mudah dilakukan adalah  acara keluarga.
Shooting acara keluarga memang paling gampang, tapi kadang juga membosankan.
Gampang karena  kita sudah mengenal orang-orangnya, sehingga gampang diajak kerjasama untuk menghasilkan  rekaman yang kita inginkan.


Membosankan karena  nggak ada ceritanya yang seru. Paling banter themanya perkawinan,ulang tahunan, sunatan atau malah mungkin cuma  makan siang bersama.  Dalam hal shooting bertema keluarga, minimal yang tertarik untuk menyaksikan hasilnya adalah  keluarga itu sendiri. Jadi merekalah yang akan menjadi  komentator  atas hasil karya kita.
sukur-sukur nggak  ada yang tau  soal  kaidah-kaidah pengambilan gambar,
sehingga  preview anda akan berjalan mulus penuh gelak tawa menyaksikan saat-saat tokoh-tokoh dari keluarga itu muncul di layar. Tapi meskipun para penontonnya awam ilmu sinematografi, pasti kita akan mendapat celaan kalau sampai ada tokoh  atau moment penting yang nggak muncul dalam hasil rekaman kita.

Oleh karena itu  sebelum shooting kita mesti memikirkan suatu rencana urutan pengambilan gambar, agar tidak ada moment yang terlewatkan saat pengambilan gambar. Apalagi moment terpenting pada acara saat itu.
Jangan sampai terjadi  kelewatan moment, atau kamera belum siap,ketika  shooting acara pernikahan, di mana   mempelai  pria  mengucapkan  “Saya terima Nikahnya si Hindun binti  Abdulah, dengan mas kawin berupa peci dan sehelai kain sarung, tunai…!” .Karena di situ  letak moment yang paling bersejarahnya.

Thema yang lebih seru adalah acara off air. Di antaranya adalah : acara perlombaan 17 agustusan, Pertandingan basket  atau futsal antar sekolah.
Dan yang lebih seru dan beresiko adalah : shooting tawuran. Ini berbahaya, tetapi mempunyai nilai “news” dan butuh keberanian untuk melakukannya. Dalam hal shooting peristiwa yang tak bisa diduga ke mana arah ceritanya seperti tawuran, tentu gak perlu persiapan urutan pengambilan gambar, melainkan sense of news harus hidup dan bergerak cepat. Shooting peristiwa dadakan membutuhkan kepekaan dan otak yang cemerlang untuk memperoleh gambar-gambar yang bermutu. Meski kadang-kadang cuma berupa
keberuntungan, peristiwa yang terpenting justru terjadi di depan hidung kita.
Contohnya : Kita kebetulan berdiri pada suatu posisi (dengan membawa kamera video tentunya ! ) di mana segerombolan pelajar  yang sedang tawuran ( semoga bukan dari sekolah ini tentunya !) ditangkapi oleh polisi, lalu di seret  memasuki mobil  pick up , tapi kemudian seorang pelajar berontak dan berhasil melarikan diri, sehingga  seorang polisi berbalik  untuk mengejar  anak itu. Kebetulan si pelajar yang melarikan diri itu terpeleset kulit pisang  dan terjatuh, sehingga Pak polisi dengan  girang  menangkapnya kembali.
Nah itu namanya factor luck. Kita mendapatkan suatu “adegan mahal”  ,adegan yang punya nilai “news” yang bakalan mengundang  heboh ketika kita preview di depan para siswa  dan guru.
Tapi sayang  ketika kita preview hasil pengambilan gambar itu  di ruang rekam-tayang  (audio-visual) ,di depan sidang dewan guru dan anggota OSIS  yang keren, hasilnya  mengecewakan,  Sangat tidak memuaskan, shotnya gak jelas, acakadul. Penonton kecewa.


Hal tersebut mungkin terjadi kalau kita gak ngerti  soal SHOTS, ANGLE dan CAMERA MOVEMENT, tapi main langsung  tembak  aja. Cuma dengan modal tau cara ngidupin camera  doang. Sayang sekali bukan ? 

Oleh karena itu ketahuilah dulu, bahwa dalam pengambilan gambar(shooting) terdapat kaidah-kaidah pengambilan gambar yang kita kenal sebagai KOMPOSI
Sebetulnya tidak ada hukum pengambilan gambar yang mengharuskan begini dan jangan begitu.Hanya ada suatu hukum singkat yang harus diingat ketika melakukan pengambilan gambar :Jika  hasilnya enak ditonton, itu berarti sudah betul.
Jika hasil rekaman video kita  berhasil membuat penonton tetap tertarik, jika gambarnya tajam dan jelas warna-warninya(colouful), jika alur ceritanya dapat dimengerti, maka dapat dikatakan kita telah sukses membuat  tayangan video.

Halaman-halaman berikut  menjelaskan bagaimana menggunakan video kamera  agar menghasilkan gambar-gambar yang bagus.



JENIS-JENIS SHOT


1. Establishing  shot

Kalau kita hendak bercerita mengenai  sekolah kita dan  dinamikanya, maka  setidak-tidaknya  kita harus membuat  beberapa buah shot  yang menggambar-kan  sekolah  secara keseluruhan. Shot tersebut disebut ESTABLISHING SHOT.
Shot ini wajib kita buat, sebab shot ini mewakili lokasi umum di mana kejadian berada. Setelah itu barulah  kita lengkapi  dengan shot-shot lain yang lebih  bersifat menjelaskan pada setiap detail.

Establishing shot tidak hanya dapat berupa bangunan, tetapi yang penting shot tersebut  mewakili  dan menunjukkan lokasi di mana peristiwa itu terjadi. Bisa sebuah pantai, bisa pegunungan. Bisa pasar, bisa apa saja, tergantung di mana peristiwa yang terjadi dalam cerita.
Jangan lupa untuk mengambil establishing shot jika  ingin membuat suatu rekaman video cerita.



2. Detail shot
Establishing shot biasanya menggunakan Long Shot (LS), yaitu suatu ukuran shot yang  menampilkan obyek dari  kejauhan.
Sedangkan untuk mengenali detail dari suatu obyek, maka  dikenal beberapa shot yang lebih  spesifik, yaitu :
a. Full Shot  (FS). Yang menjadi ukuran biasanya manusia. Sebuah shot yang mengambil  obyek manusia, diambil dari ujung kaki sampai ujung kepala, disebut Full Shot.
b. Medium Shot (MS) Adalah shot yang mengambil ukuran dari pinggang sampai ujung kepala
c. Medium Close Up (MCU) Dalam shot ini, manusia tergambar dari dada atas sampai ujung kepala
d. Close Up (CU) Menampilkan wajah manusia saja
e. Big Close Up (BCU) Menampilkan sebagian wajah manusia
f. Extreme Close Up (ECU) Menampilkan  satu obyek di wajah, bisa hanya mata,hidung, telinga, bibir atau tahi lalat.

Obyek selain manusia, jika diambil sepenuhnya juga dikatakan Full Shot, misalnya sebuah  mobil, sebuah gelas , seekor burung , sebatang pohon dll.

Selain jenis atau type shot, maka  titik dari mana shot tersebut dibidikkan oleh kamera juga  menentukan “kekuatan”  ataupun keindahan sebuah obyek.
Titik atau sududt dari mana obyek direkam disebut angle.


JENIS-JENIS  ANGLE

1.Straight  Shot
   Kamera tidak membentuk sudut (angle) dengan obyek

2. High angle
    Pengambilan gambar dilakukan dari  suatu level ketinggian  yang lebih tinggi dari obyek

3. Low angle
    Pengambilan gambar dilakukan dari suatu level yang lebih rendah dari badan obyek.

4. Top shot /Overhead
    Pengambilan gambar dilakukan dari atas obyek.

Hasil-hasil pengambilan gambar masih dipengaruhi lagi secara emosional oleh pergerakan kamera ketika  mengambil gambar.

Sebuah kamera bisa hanya langsung ditenteng atau dipanggul oleh kameramen nya (disebut hand held ), tapi juga bisa dipasang pada sebuah tripod.
Tripod itu sendiri bisa berdiri langsung di atas tanah atau lantai, namun juga bisa mempunyai roda, sehingga bisa digeser ke sana-kemari.
Selain itu kamera juga bisa digantung pada sebuah tiang yang disebut JIMMY JIB , atau pada sebuah crane yang bisa ditunggangi oleh kameramen  sambil untuk melakukan gerak naik-turun.
Dan tentu saja kamera juga bisa dipasang pada sebuah mobil , motor, pesawat terbang, kereta api atau alat transportasi lainnya, lalu dihidupkan (record) dan mengambil gambar bersama dengan mobil atau alat transportasi  tersebut.
Namun pada prinsipnya dikenal ada pergerakan kamera yang telah baku, seperti diuraikan di bawah ini.

PERGERAKAN KAMERA

1. PAN .
   Jika kamera dipasang pada sebuah tripod, maka kamera bisa digerakkan  menoleh ke kanan maupun ke kiri mengikuti obyek. Gerakan tersebut disebut PAN
   (Right Pan & Left Pan) / Pan kanan, Pan kiri

2. TILT.
    Kamera  terpasang di atas tripod juga dapat melakukan gerakkan mengangguk ke atas dan ke bawah, yang disebut TILT  (Tilt Up & Tilt Down)

3. Kamera bersama tripodnya juga bisa diangkat ke atas ataupun  diturunkan ketinggiannya, yang disebut LEVEL  (Level Up & Level Down)
    Biasanya  kamera pada studio TV yang menggunakan tripod yang bisa naik-turun levelnya ,yaitu  disebut pedestal(Ped Up/Elevation & Ped Down/Depress)
    Crane juga berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan level kamera.
    Sedangkan Jimmy Jib selain dapat menaik-turunkan level jaga bisa melakukan gerakan swing, yaitu berputar  melayang ke seluruh penjuru, sepanjang jangkauan tiang Jimmy Jib itu.

4. TRACK, CRAB
    Di atas tripod yang mempunyai roda atau di atas pedestal, kamera bisa didorong maju atau mundur. Gerakan mendorong maju-mundur atau serong ini komandonya adalah Track-In (didorong menuju obyek)  Track-Out (Track Back) , yaitu didorong menjauhi obyek, lalu : Crab-Right  & Crab-Left, yaitu didorong ke kanan atau ke kiri

    Sebuah rel juga biasa dipasang pada tripod khusus, agar  kameramen dapat didorong mengikuti pergerakan obyek. Rel tersebut disebut DOLLY

5. ZOOM
   Di samping pergerakan kamera di atas, masih ada lagi “pergerakan”  mendekati & menjauhi obyek tanpa harus merubah posisi kamera, yaitu ZOOM.
    Dengan menekan tombol Zoom, lensa kamera akan melakukan gerakan “mendekati”  obyek (ZOOM IN)  atau “menjauhi”  obyek (ZOOM OUT).
 
Setelah mengetahui kaidah-kaidah pengambilan gambar di atas, rasanya kita harus mengenal apa yang disebut KOMPOSISI, KESEIMBANGAN  atau FRAMING.
Sebetulnya  dasar-dasar dari Komposisi adalah keseimbangan CITA RASA  atau selera.
Dengan mengenal dasar-dasar komposisi, seorang juru kamera akan dapat menghasilkan gambar yang secara umum akan enak dilihat.
Tidak ada yang salah dalam pengambilan gambar, yang ada hanyalah hasil pengambilan gambar itu “enak” dilihat atau tidak.
Dan ternyata gambar-gambar  yang “enak” dilihat itu selalu mengikuti semacam aturan. Aturan agar tercapai suatu keseimbangan,suatu yang proporsional.
Sebuah pengambilan gambar dikatakan tercapai  atau berhasil jika dapat dengan mudah dimengerti atau dikenali.
Namun Sebuah pengambilan gambar baru dapat dikatakan indah jika tidak saja dapat dikenali, tapi juga menghasilkan kekaguman penontonnya.

Untuk dapat menghasilkan pengambilan gambar yang berhasil, kameramen harus mengerti  bagaimana sebaik-baiknya sebuah obyek direkam dalam pita video atau film.

Pengambilan gambar dengan video kamera diwakili oleh FRAME.
Obyek yang masuk dalam frame tersebutlah yang akan disaksikan pemirsa.
Oleh karena itu seorang juru kamera harus jeli dan bercitarasa baik untuk dapat menampilkan obyek dalam frame kamera nya.


Dalam kategori type long shot ini dikenal juga pembedaan-pembedaan yang mencoba lebih detail lagi, menjadi EXTREME LONG SHOT ( ELS ,sangat jauh  sekali), VERY LONG SHOT ( VLS,sangat jauh ) & LONG SHOT ( LS, dari jauh )

Type-type long shot ini dipilih sesuai emosi  yang ingin diperoleh sesuai tuntutan naskah maupun keinginan dan pertimbangan logika/estetika sutradara, antara lain : apakah ia masih ingin menampilkan detail dari back ground di sekitar obyek utama atau tidak. Pada ELS & VLS, detail disekitar obyek tokoh semakin tidak jelas.

 POV = Point Of View, maksudnya : kamera bertindak sebagai mata pelaku,
            Jadi sudut pandang (angle) kamera adalah diletakkan pada ketinggian
            mata  seseorang yang sedang memandang sesuatu

BIRD’S EYE  VIEW  =  kamera pada suatu ketinggian, seperti seekor burung 
            yang sedang terbang, menyaksikan obyek di bawahnya

SUBJECTIVE CAMERA = kamera bertindak sebagai si pelaku itu sendiri.
            Misalnyanya :kamera   berjalan kesana-kemari atau berlari sesuai 
            langkah kaki  si pelaku

OVER SHOULDER = Pengambilan gambar dari sebelah atas bahu salah        
            seorang pelaku

TRAVELING SHOT = Pengambilan gambar dengan kamera bergerak bersama
            subyek.  Misalnya : kameramen dari dalam mobil yang berjalan, 
            mengambil gambar  seseorang yang sedang  mengendarai mobil
            Pengambilan gambar dengan cara seperti ini disebut juga MOVING                 
            SHOT  

DOLLY SHOT = Pengambilan gambar dilakukan diatas dinky dolly (kameramen duduk di atas bangku beroda yang di dorong di atas  DOLLY TRACK ( rel )
      Dalam hal ini subyek tidak harus sedang bergerak.

      TWO SHOT  (2S) =  Shot  dari dua orang pelaku
      THREE SHOT  (3S) = Shot dari tiga orang pelaku
      GROUP SHOT  (GS) = Shot dari suatu kelompok  pelaku

Pengambilan gambar group (group shot)
Secara umum : hindarilah  shot  di mana orang yang terlihat seluruh wajahnya,
menjadi terpotong secara vertical oleh ujung-ujung frame.
Mundurlah sedikit dari posisi pengambilan gambar yang mengakibatkan terpotongnya wajah karena frame, atau gunakan zoom out jika masih bisa.

Pengambilan gambar group (group shot)
Secara umum : hindarilah shot di mana orang yang  bisa terlihat wajah seluruhnya
menjadi terpotong secara vertical oleh ujung-ujung frame.
Mundurlah sedikit  dari posisi pengambilan yang membuat terpotongnya wajah karena frame sudah  tak muat, atau gunakan zoom out jika masih mungkin

Jika belum jelas/mengerti, dapat dilihat di gambar berikut :








 Sumber : Facebook

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

Followers

Only :

Your IP Address :